Konser Sederhana di Taman Kota Sofia

Musisi Jalanan Sofia, Bulgaria
Mereka berempat. Saya taksir usia mereka di atas 50 tahun. Bahkan mungkin di antara mereka ada yang berusia lebih dari 60 tahun. Tapi semangat dan polah tingkah mereka jauh lebih muda. Seorang memainkan akordion, seorang meniup saxophone, yang satu lagi meniup terompet, dan terakhir menabuh drum. Bukan seperangkat alat drum sebenarnya, hanya satu buah jimbe kecil yang dipukul dengan stik. Sederhana, namun mereka tampak piawai memainkan alat musiknya masing-masing, menghasilkan irama yang mengagumkan, dan membuat orang-orang yang berada di taman kota terpaku menikmati lagu-lagu dari mereka berempat. Bahkan, dua orang ibu-ibu setengah baya, tak ragu untuk berjoget yang sekaligus menjadi tontonan menarik dan kocak di sore itu.

Sore itu, sabtu (20/3), matahari begitu cerah di atas kota Sofia. Kota tua yag telah ada semenjak ribuan tahun lalu, kota yang penuh dengan sejarah yang kemudian menjadi ibukota negara Bugaria. Di temperature, suhu menunjukkan angka 17 derajat celcius. Ini adalah suhu paling hangat semenjak saya sampai di Sofia, kurang lebih tiga minggu yang lalu. “Spring is coming,” kata Elena Ruseva (37) kepada saya. Dia merupakan teman dekat sekaligus guide selama saya berada di sini. Elena lalu mengajak saya keluar apartemen, jalan-jalan keliling kota, sekaligus menikmati sinar matahari.

Menurut Astronomi, di sebagian besar wilayah di belahan bumi bagian utara, musim semi (spring) jatuh pada tanggal 20 Maret dan berakhir di akhir Mei. Tapi Elena mengatakan kepada saya bahwa perkiraan astronomi tidak selalu tepat. Terlebih akhir-akhir ini, ketika pemanasan global merebak kemana-mana. Orang-orang menjadi susah menebak pergantian musim. Buktinya, sambung Elena, musim dingin di Bulgaria tahun ini berlangsung lebih lama. “Lebih dari empat bulan (sejak November) kami merasakan musim dingin. Padahal biasanya, winter dimulai saat Desember.” Ujar Elena.

Namun sepertinya tahun ini musim semi datang tepat pada waktunya. Di internet, lewat jaringan sosial seperti Facebook, betapa banyak saya temukan status teman-teman saya yang mengabarkan musim semi telah datang. “Spring is coming” dalam status-status facebook mereka tersebut, sekaligus merupakan ungkapan kegembiraan menyambut datangnya musim yang baru, semangat hidup baru. Elena bercerita kepada saya bahwa bagi sebagian besar masyarakat Eropa, dan juga masyarakat yang mengalami empat musim, musim semi adalah musim yang paling ditunggu. Menurutnya, musim semi merupakan simbol dari kehidupan baru serta penuh dengan semangat. Suasana terasa begitu positif ketika musim semi tiba. Semua terlihat begitu mempesona. Pohon-pohon yang mati (kehilangan daun), mulai hidup kembali. Perlahan-lahan, warna hijau akan menghiasi kota. Orang-orang terasa begitu bergairah untuk bekerja. Bunga-bunga mekar. Buah-buahan segar bermunculan di pasar-pasar. “Spring, the most positive season that we have.” Kata Elena dengan senyum yang juga mekar.

Begitulah, di hari pertama musim semi kali ini, saya menyetujui ajakan Elena untuk keluar apartemen. Apartemen tempat saya tinggal terletak di jalan Kiril i Metodii, kurang lebih 10 menit jalan kaki dari pusat kota Sofia. Dari jalan Kiril i Metodii, kami menuju ke boulevard Maria Luiza, yang berada di sebelah timur. Di boulevard ini terdapat masjid Banya Bashi, satu-satunya masjid yang berdiri di Kota Sofia. Masjid Banya Bashi merupakan masjid yang berdiri sejak tahun 1576 dan merupakan salah satu simbol dari sisa-sisa kekuasaan kekaisaran Ottoman (Turkey) yang menguasai Sofia lebih dari lima abad (abad ke 14-19). Sampai hari ini masjid Banya Bashi masih berfungsi. Sebagian besar jamaahnya adalah orang-orang muslim yang berasal dari Turki maupun penduduk lokal yang beragama Islam.

Tak jauh dari Banya Bashi Mosque, terdapat pusat perbelanjaan (Central Departement Store) di Sofia. Jika saja Elena tak memberi tahu saya bahwa tempat tersebut merupakan pusat perbelanjaan, bisa jadi saya tidak pernah akan tahu. Berbeda sekali dengan tempat-tempat perbelanjaan di Indonesia, yang dari kejauhan, jika dilihat dari bentuk bangunannya, kita sudah akan tahu. Terlebih dengan betapa banyaknya papan-papan reklame yang terpampang di sekitar bangunan. Tapi tempat ini sama sekali tidak mencerminkan seperti pusat perbelanjaan jika dilihat dari luar. Ciri khas gedung tua, yang membuat para wisatawan tak akan pernah mengira kalau di dalam bangunan ini terdapat berbagai macam barang, mulai dari perhiasan luxury, sampai perabot rumah tangga. Dinding dan pilar-pilar kokoh berwarna coklat dengan cita rasa seni tinggi menjadikan gedung ini menjadi tempat favorit bagi para wisatawan. Di sepanjang trotoar pas di depan gedung, terdapat bangku-bangku taman, yang pada hari itu hampir semua terisi dengan orang-orang yang ingin menikmati cahaya matahari.

“Cuaca hari ini sangat bersahabat.” Ujar Elena kepada saya yang tak henti memperhatikan sekeliling. Ya, saya setuju dengan apa yang diucapkan Elena. Hari pertama musim semi di tahun ini jatuh pada hari sabtu, dimana orang-orang tidak bekerja. Didukung dengan cahaya matahari yang cerah serta temperatur yang hangat, banyak orang yang memilih berada di luar rumah. Di salah satu bangku taman, saya lihat beberapa lelaki berdiri berkerumun. Saya mendekat, ternyata para lelaki tersebut sedang memperhatikan dua orang tua yang sedang berpikir keras untuk saling mengalahkan dalam permainan catur.

“Di negara saya (Indonesia), juga banyak orang-orang menghabiskan waktunya dengan bermain catur.” Kata saya kepada Elena. Perempuan itu tersenyum. Lalu dengan sedikit bercanda dia mengatakan jika seluruh orang-orang yang main catur di jalanan di Indonesia, dibawa ke Bulgaria, dan bermain catur dengan orang-orang Bulgaria, mungkin hanya dua atau tiga orang yang akan menang. Sisanya mereka akan menanggung malu karena kalah.

“Kau tahu, bahwa orang-orang Balkan adalah para petarung catur yang tidak ada tandingannya?” kata Elena. Saya mengangguk. Belum sempat saya hendak mengatakan bahwa sebenarnya di Indonesia juga ada beberapa orang master catur, perempuan Balkan ini sudah terlebih dulu menyerobot dengan mengatakan bahwa, kalau tahan berkeliling kota, saya akan banyak menjumpai para pemain catur jalanan di hampir seluruh taman kota ataupun trotoar yang menyediakan bangku-bangku seperti ini. Pemandangan serupa yang juga bisa kita nikmati jika kita berkunjung ke Rumania, Macedonia, Serbia, hingga Rusia.

“Bisa kita berjalan agak cepat?” Elena menarik tangan saya. Saya menurut. Saya tau, bahwa kami akan menuju ke salah satu taman di pusat kota. Dan Elena tidak mau kalau kehilangan cahaya matahari. Dengan alasan itulah, kami berjalan agak cepat. Kami melewati metro station, yang berada di bawah tanah, dan keluar di depan Presidency Building, tempat Presiden Bulgaria berkantor. Tak jauh dari Kantor Presiden, kami melewati The National Bulgarian Bank, dan National Art Gallery. Dari National Art Gallery ini kami berjalan sebentar, dan kemudian menemukan taman kota yang terlihat indah.

“Apa nama taman kota ini?” Tanya saya kepada Elena. Perempuan itu mengatakan tak ada nama khusus untuk taman ini. “Kami biasa menyebutnya Naroden Theater garden. Karena lokasinya tepat berada di depan Gedung Teater Naroden. Salah satu bangunan tua di Kota Sofia.” Kata Elena. Benar, tak jauh dari taman tersebut, terdapat sebuah gedung tua yang begitu mempesona. Gedung ini merupakan gedung teater paling populer di Bulgaria. Namanya Opera Naroden Theater Ivan Vazov. Sebelum memasuki taman kota, kami melewati sebuah cafe terbuka yang hampir semua kursinya penuh dengan pengunjung. Ada yang bersenda gurau bersama teman ataupun keluarganya, sambil menikmati bir, ada pula yang tampak serius membaca buku. Yang menarik adalah, di sebelah cafe ini, ada fasilitas bermain untuk anak-anak. Tepat di bawah sinar matahari, generasi baru Bulgaria tersebut tampak begitu ceria berloncatan kesana kemari. Dari kejauhan, sayup-sayup kudengar suara musik mengalun. Tak jauh dari pusat suara, orang-orang berkerumun. Kami mendekat. Amboi, alunan musik tersebut terdengar begitu indah. Dimainkan empat lelaki tua 50 tahunan. Barangkali di antara mereka ada yang berusia di atas 60 tahun.

“Mereka adalah artis jalanan kota Sofia. Mereka cukup populer di tempat ini. Karena selain piawai memainkan alat-alat musik dengan lagu yang bisa diterima segala generasi, mereka juga sangat atraktif dan kocak, untuk menarik perhatian orang-orang yang kemudian melemparkan koin atau uang kertasnya.” Kata Elena. “Kau lihat,” Perempuan itu melanjutkan, “Betapa ramainya orang-orang berkumpul di tempat ini. Padahal beberapa waktu lalu, di saat musim dingin, tempat ini terlihat sepi.”

Ya, tak saya lihat bangku yang kosong. Padahal taman ini cukup luas. Kembali, saya melihat beberapa meja catur yang dikerumuni orang-orang. Di sisi yang lain, dua orang setengah baya tampak tertawa riang sambil membiarkan dua anjing kecil mereka berlari tak kalah riang. Sepasang remaja, terlihat tak peduli dengan sekitar. Mereka asik bercengkrama. Seolah-olah taman ini hanya milik mereka berdua. Sungguh, musim semi yang romantis. Di bagian yang lain, seorang gadis kecil baru saja terjatuh sebab tak seimbang saat meluncur dengan rollerblade. Gadis itu tertawa kecil, kemudian bangkit kembali, meluncur kembali.

Tiba-tiba salah seorang dari 4 musisi di taman itu berteriak dengan bahasa Bulgaria. Yang disusul dengan tepuk tangan orang-orang di sekitarnya. Kutanyakan pada Elena, apa artinya. “He said, spring is coming. Mari menyambutnya dengan gembira.” Elena juga bertepuk tangan. Saya juga. Sungguh, betapa saya tiba-tiba saja menjadi begitu gembira menyaksikan kegembiraan orang-orang. Beberapa saat kemudian, dari saxophone terdengar alunan lagu yang cukup saya kenal. Disusul terompet, akordion, dan jimbe. Tak ada penyanyi di antara mereka berempat. Cuma alat musik yang dimainkan dengan merdu. Namun, belum satu menit lagu itu berdendang, dua orang perempuan tua maju ke depan mereka. Meletakkan selembar uang kertas di kaleng yang sudah disediakan, lalu mereka berdansa. Kembali orang-orang bertepuk tangan. Tak lama, aksi dua perempuan tua ini disusul dengan seorang lelaki, yang usianya juga berkisar 50 tahunan. Yang muda tidak mau kalah. Seorang perempuan sexy juga ikut berjoget. Dan, alamak, tak membutuhkan waktu lama, tiba-tiba saja tempat itu sudah berubah menjadi arena dansa. Ini merupakan konser sederhana yang memikat siapa saja.

“Do you want to join with them? Lets dance.” Ajak Elena. Tapi saya menolak. Saya tidak pede untuk berjoget. Saya katakan kepadanya, silahkan berjoget, biar saya memotret saja. Elena bergabung bersama mereka. Sungguh, begitu ceria. Irama lagu diulangi dari awal. Serentak mereka bernyanyi. When marimba rhythms start to play/ Dance with me, make me sway/ Like a lazy ocean hugs the shore/ Hold me close, sway me more// Like a flower bending in the breeze/ Bend with me, sway with ease/ When we dance you have a way with me/ Stay with me, sway with me 

Lagu tersebut berjudul Sway, merupakan versi bahasa Inggris dari judul aslinya Quien Sera yang diciptakan oLeh komposer asal Meksiko Pablo Beltran Ruiz, dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Norman Gimbel. Lagu ini bukan hanya populer di tahun 50 an, 60 an, 70, an. Tapi sampai sekarang lagu ini masih terasa asik untuk didengarkan. Bahkan cewek-cewek seksi asal Amerika yang menamakan dirinya Pussycat Dolls pun ikut mendendangkannya. Kali ini, 4 musisi jalanan Bulgaria, menjadikan “Sway” begitu bermakna di hari pertama musim semi di Bulgaria.

Begitulah, ada banyak cara orang menyambut musim semi. Musim yang penuh gairah. Musim yang penuh semangat. Musim yang penuh harapan. Malam harinya kami makan malam bersama Maria Russeva (kakak kandung Elena), dan beberapa teman dekat. Kembali kami membicarakan musim semi. Menurut Maria, tak ada alasan untuk bersedih ketika musim semi tiba. Saya menyetujuinya. Dan ikut tertawa bersama. When we dance you have a way with me, stay with me, sway with me***

Sofia, 22 Maret 2009

3 comments

  1. stay with me...sway with me.hehe mantapp

    betul sekali..jln2 dtaman saat pergantian dr winter ke spring itu berasa spt masuk ke belahan dunia lain yg sungguh2 menggairahkan,,feels like pny hidup baru

    btw pgn kali bah aku ngeliat artis jalanan kota sofia, pay... mantap kali pun..ckckkck

    btw kapan jalan jalan versi sepok berikutnya pay?ke belahan africa sana dong hehee pgn dgr crta dr sana :D

    ReplyDelete
  2. jalan-jalan berikutnya ke beijing, semoga bisa nginep gratis di rumah nova doloksaribu :)

    ReplyDelete
  3. bang pay.kalau boleh tau dimana nyari buku untuk anak2 yg murah di ponti?.saya bersama teman-teman lagi bikin taman bacaan gratis..kemarin kami belanja di gramed*a mahal2.5juta dapatnya cm dikit.
    bang pay masih ingat nda dlu saya sering ngantar bang pay ke sanggar tari di jogja dulu..bang pay sering ke kontrakan kami dlu di depan hotel ambarukmo lama.hhe.mungkin udah lupa.oiya semoga makin tambah sukses ya buat bang pay.misinya dan karirnya.amien.

    salam,rezza

    ReplyDelete

My Instagram